Jakarta, STIPANnews - Kondisi pembangunan infrastruktur dan sosial di beberapa daerah di Papua Barat kadang luput dari perhatian pemerintah pusat karena lokasi yang cukup jauh. Untuk menjembatani informasi yang aktual terjadi di daerah, Kepala Distrik Aifat Timur Jauh, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Bernadus Aikingking menggagas terbentuknya Asosiasi Camat di Papua Barat.

Berbicara santai di Studio STIPAN Channel, jumat 16/7/2021, Bernadus berbicara lugas tentang pembangunan yang terjadi di daerahnya. Menurutnya, selama 12 tahun menjadi kepala distrik, infrastruktur menjadi hambatan utama dalam pembangunan di daerah.

 "Kita banyak berjalan kaki karena infrastrukturnya belum cukup baik. wilayah yang saya pimpin dan 3 kecamatan lainnya masih sangat tertinggal. Di daerah Aifat timur, potensi sumber daya alamnya ada emas, minyak bumi, batubara dan kayu. Tapi sampai saat ini belum dikelola karena investor yang ingin kesana harus menggunakan helikopter. jadi biayanya mahal. Untuk itu, infrastrukur jalan perlu dibuat dulu," ujarnya

 Untuk menyuarakan aspirasinya ia berpendapat harus dibuat asosiasi camat atau kepala distrik, tidak hanya di wilayah Maybrat saja tapi di Papua Barat. "Dengan adanya asosiasi ini, kita bisa mendapat informasi langsung di lapangan. Kita menjadi garda terdepan, melihat kondisi masyarakat termasuk tentang dana otsus yang penyalurannya tidak sampai ditempat, sementara di distrik lain dapat. Ini ada ketidakadilan," Tambahnya.

 Dengan adanya asosiasi kepaladi distrik ini diharapkan mampu menyerap aspirasi dari kampung-kampung untuk disampaikan ke tingkat kebupaten, provinsi bahkan tingkat pusat. "Ada asosiasi kepala desa, ada asosiasi bupati, walikota dan gubernur, mengapa asosiasi camat tidak ada," ujar calon mahasiswa S2 STIPAN ini.

 Ia merasa senang karena gagasan tersebut mendapat sambuatan baik dari kementerian dalam negeri. Menurutnya, asosiasi ini sangat penting karena para camat melihat langsung kondisi yang sebenarnya.

 "Kalau bupati dan gubernur banyak berada di kantor.  Kalau camat, rumah kami di kampung, kami melihat pembangunan jalan yang benar dan yang tidak, melihat sekolah yang bagus dan tidak, melihat pukesmas mana yang dibangun dan yang tidak. Data akurat ada di kami," lanjutnya.

 Bernadus merasa optimis asosiasi ini bakal terwujud karena mendapat dukungan dari rekan-rekan kepala distrik di Papua Barat. Menurutnya, untuk menjadi ketua asosiasi dibutuhkan relasi yang luas termasuk dengan pusat dan kementerian. "Kita tidak hanya sekedar membentuk, tapi outputnya harus dibawa ke pusat untuk diselesaikan. Jadi bagaimana asosiasi di Papua Barat ini punya keluhan bisa sampai ke pusat," tandasnya.

 

Kondisi di Maybrat

Kondisi pembangunan infrastruktur di Maybrat terutama di wilayah kota sudah termasuk maju di banding dengan daerah-daerah pelosok seperti Distrik Aifat Timur Jauh. Namun demikian, ada kemauan keras dari masyarakatnya untuk membangun daerah dan bersaing dengan daerah lain seperti kota Sorong.

Menurut Bernadus, sejak tahun 60 an sudah ada kemauan yang tinggi dari warga lokal disana. "Dulu, warga Maybrat turun ke Sorong Selatan untuk membeli semen. Karena berat, semennya dibuka dan dimasukkan ke bambu dan dipikul. Makanya tidak heran jika jalan-jalan di Maybrat kota sudah bagus," kenangnya.

Daerah Maybrat memiliki sumber kekayaan alam yang luar biasa namun sampai saat ini belum dikelola dengan baik. "Potensi kita punya adalah berkebun, kacang panjang, kacang tanah, keladi. Dari galian pasir dan kerikil mereka jual untuk membangun rumah, biaya pendidikan dan mengecor jalan," ujar Bernadus.

 Ia bercita-cita di daerahnya bisa memiliki peternakan seperti sapi maupun kambing. Namun sampai saat ini masih terkendala pada sumber daya manusia yang bisa ahli dalam merawat peternakan. Ia berharap suatu saat nanti didaerahnya ada orang yang benar-benar ahli dan bisa mengelola peternakan di sana. SC-02*